Postingan

Menampilkan postingan dari April 13, 2014

KITA APAKAN POTENSI KAMPUNG TERAPUNG BAMBALER

Gambar
Dusun Bambaler adalah anak desa Baru, kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan. Kampung ini adalah kampung nelayan terapung yang berada di atas sungai Maliau, anak sungai Barito. Dengan demikian semua rumah penduduk mengambang diatas perairan.   Se luruh penduduk adalah nelayan tangkap yang mengusahakan ikan sungai dan danau yang mengelilingi kampungnya. Hasil tangkapan langsung dijual namun sebagian yang tidak memenuhi ukuran dipelihara di keramba apung yang berada disekitar rumah tinggal.   Mobilitas untuk lalu lintas penduduk adalah perahu jukung atau kelotok. Oleh karena itu setiap hari kita saksikan lalu lintas perahu seliweran di atas sungai Maliau, baik anak-anak yang pergi ke sekolah atau penduduk dewasa yang pergi untuk berbagai keperluan.   Bagus memang kawasan ini dijadikan obyek wisata alam karena hutan alam yang mengelilinginya masih orisinil dan satwa asli masih bebas berkeliaran disekilingnya. Namun apa bisa ya…, inilah pertanyaa

SOS (Save Orchids Seriously)

Gambar
SOS Save Orchids Seriously. Selamatkan anggrek kami secara serius. Bagai mana tidak? Setiap hari hutan menyusut. Kayu-kayu sebagai induk semang anggrek bertumbangan. Lereng-lereng lembah dan gunung kapur dikapling dan diekspoitasi demi tujuan ekonomi praktis. Katanya saja Gerakan Menanam Satu Miliar Pohon, toh penebangan sangat masif, terencana dan babat habis setiap harinya. Ramuk rakai himba kampung diubrak-ubrak-lunyak. Agar anggrek asli masih bisa terlihat dan dinikmati sebaiknya Pemerintah menyiapkan pencadangan lahan sebagai tempat konservasi alami karena Barito Selatan belum memiliki kawasan konservasi alam baik flora maupun fauna. Kawasan seperti Bumi Perkemahan Pramuka "Lalemu Lewas" bisa dijadikan konservatori Anggrek Barsel karena kawasan itu memang habitat asli anggrek. Adapun taman anggrek eks situ yang selama ini ada di Sanggu semakin perlu untuk lebih diperhatikan, bila perlu diperluas dan diseriusi penanganannya s

HUNTING ANGGREK DI KAWASAN GUNUNG BINTANG AWAI (2)

Gambar
HUNTING KEDUA Hari sabtu, minggu dan senin tanggal 5-7 April 2014 diadakan lagi perjalanan berburu anggrek endemik di hutan alam Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Perjalanan tetap dimulai dari Buntok ibukota kabupaten Barito Selatan menuju wilayah kecamatan Gunung Bintang Awai tepatnya Luir melalui jalan perusahaan PT Mitra Tambang Utama (MTU) dan lanjut sampai ke Dukuh Toang. . Perjalanan tetap off road dengan sepeda motor dan menempuh jarak sekitar 78 km dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam. Perjelajahan ke daerah ini lebih menantang   dari perjalanan sebelumnya karena jalan setapak yang dijalani sangat jarang dilalui serta lebih bertebing dan licin. Adapun wilayah jelajah perjalanan ini adalah Dukuh Toang, Sungai Uyah dan Senango. . ANGGREK BARITO SELATAN Maidi Al Harits dan tim yang terdiri dari Fernando dan Miske warga lokal, serta didampingi juga oleh Bapak Kepala Dukuh Toang dan beberapa anggota lainnya, berhasil me

Apa dibalik lagu “Geef mij maar nasi goreng”

Gambar
Judul diatas adalah judul lagu orang Belanda yang versi aslinya dibawakan oleh Wieteke Van Dort , orang Belanda yang lahir di Surabaya. Lagu ini bercerita tentang kerinduannya terhadap makanan-makanan Indonesia ketika dia sudah pulang dan berada di Belanda.  . Beginilah enaknya jadi penjajah. Ketika sudah pulang ke kampung halaman di Netherland maka segala yang dulunya dihina sebagai makanan kaum rendahan ternyata berubah menjadi kerinduan. Aduh mak, dia rindu nasi goreng, onde-onde, tahu petis, lumpia, sate babi, juga bakpao. Apakah dia lupa kalau banyak dari berbagai makanan Indonesia itu tercipta dari pedihnya dijajah? Bayangkan saja nasi goreng. Tidakkah nasih goreng tercipta karena Tuan Belanda tidak kasih ikan dan sayuran kepada pembantunya yang inlander sehingga dengan kecerdikannya maka si bibi atau mbok jongos harus menggoreng nasi sisa majikan dengan minyak jelantah bekas. . Nasi goreng memang enak, tapi apakah berasal dari sejarah yang en